Swissair (1980)

Lama nggak nulis tentang maskapai penerbangan lagi.

Swissair adalah sebuah maskapai penerbangan yang eksis dari tahun 1931 hingga bubar pada tahun 2002 karena bangkrut. Maskapai milik pemerintah Swiss ini melayani penerbangan internasional dari Jenewa, Zurich dan/atau Bern ke beberapa kota di seluruh dunia. Swissair dahulu sempat melayani penerbangan ke Bandara Kemayoran, Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta Tangerang selama hayatnya.

Grasshopper-Ipswich Town. Majalah Eksekutif #16, Oktober 1980

Iklan ini menyasar orang-orang berduit – karena harga tiketnya mahal dan full-service, maka wajar iklannya dipasang di majalah yang bisa dibeli orang berduit seperti Majalah Eksekutif.

Iklan Swissair ini menarik, karena memanfaatkan sepakbola sebagai metafora untuk perencanaan penerbangan antar-Eropa dari Indonesia yang lebih efisien. Tidak menampilkan pesawat Boeing 747 atau Douglas DC-9 atau pramugaranya. Dari Jakarta, anda transit ke Zurich atau Jenewa dan pindah ke penerbangan tujuan. Dan dari bahasanya:

Yang dimaksudkan ialah gerak-gerik yang membuktikan bahwa rute langsung belum tentu yang terbaik.

Sepertinya Swissair menyindir dua hal: maskapai penerbangan yang masih terbang pakai sistem point-to-point dan sistem kick and rush alias bola-bola panjang serta skil individu yaitu menggocek bola. Kebanyakan maskapai penerbangan saat ini memakai sistem jari-jari dan roda (hub and spoke) demi efisiensi; sepakbola bakal lebih kompleks lagi. Maskapai berlambang bendera Swiss tersebut juga menawarkan kepraktisan di Bandara Zurich/Jenewa, termasuk layanan kereta langsung dengan jawatan KA Swiss bernama SBB.

Foto di iklan ini adalah…….

Foto di atas menampilkan cuplikan dari pertandingan babak II Piala UEFA musim 1979-80 antara Ipswich Town kontra Grasshopper Club Zurich (GCZ) yang dimenangkan oleh Grasshopper melalui keunggulan gol tandang (di laga leg 1, Tractor Boys – julukan Ipswich – gagal mencetak gol di Stadion Hardturm, kandang lama Grasshopper, 24/10/1979). Anda biasanya anak generasi 2000an yang hanya tahu Ipswich dari bek timnas kita yang sekarang dipinjamkan ke Bristol Rovers, akan terheran-heran kiprah tim berbaju biru dari Inggris timur ini pernah mencicipi sengitnya kompetisi Eropa.

Agaknya masuk akal Swissair memilih Grasshopper karena ketersediaan foto – kebetulan mereka dari Swiss sehingga foto yang tersedia pasti dari pengepul fotojurnalistik Swiss – dan demi memperkuat metafora sepakbola di iklan ini. Tidak bisa dipastikan foto tersebut adalah leg pertama (kemungkinan besar), atau leg kedua di Stadion Portman Road pada 7/11/1979 yang berakhir imbang 1-1 sekaligus memastikan Grasshopper lolos ke babak III melalui gol tandang.

Tapi, apa iya orang kaya Indonesia kebanyakan lebih suka bulutangkis daripada sepakbola?

Keadaan terkini: Yang masih eksis adalah obyek fotonya

Melihat iklan dan obyek fotonya, nasib semuanya terjungkir balik.

Pengiklan yaitu Swissair, maskapai yang kala itu disebut “bank terbang,” bangkrut akibat salah urus dan tuntutan hukum akibat tragedi penerbangan 111 di tahun 2001; sekarang operasional dilakukan Swiss Air International yang menjadi anak usaha Lufthansa – yang mampir ke Soetta adalah induk usahanya yaitu Lufthansa sendiri.

Sementara obyek foto di iklan ini yaitu kesebelasan Ipswich Town dan Grasshopper juga masih eksis berkompetisi dan sama-sama merasakan pasang surut di kompetisi masing-masing. Ipswich pernah merasakan kompetisi UEFA terakhir di tahun 2001, sementara GCZ, langganan tetap kompetisi Eropa, terakhir berlaga di babak playoff Liga Europa 2016-17.

Semua referensi dari Wikipedia: SwissairSwiss International1979-80 UEFA Cup

Toyota Corona ST171 (1988-1990)

Corona ini adalah virus yang baik. Menjangkiti anda dengan kemewahan, menciptakan demam bernama kesportifan.

Virus ini datang dari pinggiran Nagoya, menyebar dari pabrik otomotif ternama bernama Toyota Motor Corporation. Ia adalah Toyota Corona. Menjangkiti dunia dengan sepuluh generasi Corona sejak 1957 hingga 2002.

Ini adalah generasi kedelapan yang diperkenalkan secara global pada tahun 1988; di Indonesia sendiri ia diperkenalkan kepada masyarakat pada tanggal 11 Juli 1988 di kantor Toyota Astra Motor Jakarta. Sering disebut sebagai Toyota Corona Twin Cam karena (semua) mesin di jajarannya menggunakan teknologi twin cam 16 katup yang saat itu masih tergolong baru, ia hanya tersedia dalam jenis sedan 4 pintu dengan mesin 4A 1.600 cc dan 3S 2.000cc.

Iklan yang ada di bawah keseluruhannya menampilkan tipe tertingginya yaitu 3S 2.000cc; menawarkan kemudahan berkendara, bodi mbulet, power steering, speedometer elektronik, rem cakram dan mesinnya sendiri.

Spirit 2000, dengan penampilan membulat dan drag yang kecil, terbantu dengan mesin 3S 2.000 cc. Indikasi bahwa iklan Corona Twin Cam di media massa Indonesia menonjolkan ST171 ketimbang AT171. Majalah Eksekutif, Oktober 1988
Spirit 2000, dengan mesin 2000cc injeksi (ST171) dan interior canggih di zamannya. Majalah Eksekutif, November 1988
Karena positioning harganya yang mahal, iklan Corona Twin Cam ditujukan bagi masyarakat Indonesia berpendapatan tinggi. “Ya, ini Toyota-ku”. Majalah Eksekutif, Maret 1989

Ketika diperkenalkan, harga Corona AT171 dipatok sebesar 44,5 juta rupiah (1988, setara Rp. 660,5 juta nilai 2023) sementara ST171 dipatok seharga 49,95 juta (1988, setara Rp. 741 juta nilai 2023), buntut dari kebijakan pajak sedan yang edan. Disesuaikan dengan inflasi, baik harga AT171 dan ST171 cukup bersaing dengan harga Fortuner dan Kijang Innova Zenix tipe tertinggi sekarang yang mudah dijumpai di jalanan. Tetapi, dengan mayoritas masyarakat Indonesia belum merasakan gaya hidup bermobil kala itu, wajar iklan-iklan Toyota Corona T170 yang ada menyasar kalangan kelas menengah atas.

Varian facelift. Majalah SWAsembada, Juni 1990

Pada tahun 1990, Corona T170 mendapatkan penyegaran tampilan; mesin 3S 2000cc mendapat emblem EX-Saloon. Corona Twincam diproduksi hingga awal 1993; saat varian terbarunya bernama Corona T180 alias Corona Absolute mulai dijual di pasar Indonesia.

Referensi tambahan

  • “Produksi kendaraan bermotor sedan akan meningkat.” Harian Ekonomi “Neraca”, 12 Juli 1988, hal. 2
  • Toyota Corona T170 di Mobil Motor Lama, 30 Januari 2016, diakses 4 April 2024