Lama nggak nulis tentang maskapai penerbangan lagi.
Swissair adalah sebuah maskapai penerbangan yang eksis dari tahun 1931 hingga bubar pada tahun 2002 karena bangkrut. Maskapai milik pemerintah Swiss ini melayani penerbangan internasional dari Jenewa, Zurich dan/atau Bern ke beberapa kota di seluruh dunia. Swissair dahulu sempat melayani penerbangan ke Bandara Kemayoran, Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta Tangerang selama hayatnya.
Iklan ini menyasar orang-orang berduit – karena harga tiketnya mahal dan full-service, maka wajar iklannya dipasang di majalah yang bisa dibeli orang berduit seperti Majalah Eksekutif.
Iklan Swissair ini menarik, karena memanfaatkan sepakbola sebagai metafora untuk perencanaan penerbangan antar-Eropa dari Indonesia yang lebih efisien. Tidak menampilkan pesawat Boeing 747 atau Douglas DC-9 atau pramugaranya. Dari Jakarta, anda transit ke Zurich atau Jenewa dan pindah ke penerbangan tujuan. Dan dari bahasanya:
Yang dimaksudkan ialah gerak-gerik yang membuktikan bahwa rute langsung belum tentu yang terbaik.
Sepertinya Swissair menyindir dua hal: maskapai penerbangan yang masih terbang pakai sistem point-to-point dan sistem kick and rush alias bola-bola panjang serta skil individu yaitu menggocek bola. Kebanyakan maskapai penerbangan saat ini memakai sistem jari-jari dan roda (hub and spoke) demi efisiensi; sepakbola bakal lebih kompleks lagi. Maskapai berlambang bendera Swiss tersebut juga menawarkan kepraktisan di Bandara Zurich/Jenewa, termasuk layanan kereta langsung dengan jawatan KA Swiss bernama SBB.
Foto di iklan ini adalah…….
Foto di atas menampilkan cuplikan dari pertandingan babak II Piala UEFA musim 1979-80 antara Ipswich Town kontra Grasshopper Club Zurich (GCZ) yang dimenangkan oleh Grasshopper melalui keunggulan gol tandang (di laga leg 1, Tractor Boys – julukan Ipswich – gagal mencetak gol di Stadion Hardturm, kandang lama Grasshopper, 24/10/1979). Anda biasanya anak generasi 2000an yang hanya tahu Ipswich dari bek timnas kita yang sekarang dipinjamkan ke Bristol Rovers, akan terheran-heran kiprah tim berbaju biru dari Inggris timur ini pernah mencicipi sengitnya kompetisi Eropa.
Agaknya masuk akal Swissair memilih Grasshopper karena ketersediaan foto – kebetulan mereka dari Swiss sehingga foto yang tersedia pasti dari pengepul fotojurnalistik Swiss – dan demi memperkuat metafora sepakbola di iklan ini. Tidak bisa dipastikan foto tersebut adalah leg pertama (kemungkinan besar), atau leg kedua di Stadion Portman Road pada 7/11/1979 yang berakhir imbang 1-1 sekaligus memastikan Grasshopper lolos ke babak III melalui gol tandang.
Tapi, apa iya orang kaya Indonesia kebanyakan lebih suka bulutangkis daripada sepakbola?
Keadaan terkini: Yang masih eksis adalah obyek fotonya
Melihat iklan dan obyek fotonya, nasib semuanya terjungkir balik.
Pengiklan yaitu Swissair, maskapai yang kala itu disebut “bank terbang,” bangkrut akibat salah urus dan tuntutan hukum akibat tragedi penerbangan 111 di tahun 2001; sekarang operasional dilakukan Swiss Air International yang menjadi anak usaha Lufthansa – yang mampir ke Soetta adalah induk usahanya yaitu Lufthansa sendiri.
Sementara obyek foto di iklan ini yaitu kesebelasan Ipswich Town dan Grasshopper juga masih eksis berkompetisi dan sama-sama merasakan pasang surut di kompetisi masing-masing. Ipswich pernah merasakan kompetisi UEFA terakhir di tahun 2001, sementara GCZ, langganan tetap kompetisi Eropa, terakhir berlaga di babak playoff Liga Europa 2016-17.
Semua referensi dari Wikipedia: Swissair – Swiss International – 1979-80 UEFA Cup